Deteksi dini (EWS) berlaku pada pemantauan harga komoditas peternakan di tingkat produsen dan konsumen. Komoditas yang dipilih adalah ayam ras hidup (live bird), sapi hidup dan telur ayam ras di tingkat peternak sebagai produsen serta daging ayam (karkas), daging sapi dan telur ayam ras di tingkat konsumen.
Format Dashboard dalam bentuk PETA, Grafik dan Tabular Pilihan pemberlakuan : [ Nasional | Regional / Provinsi ]. Jika Pilihan Nasional maka otomatis berlaku penetapan di seluruh (34) Provinsi atau berdasarkan Regional Pulau-pulau di Indonesia [ Sumatera | Jawa | Bali | Nusa Tenggara | Kalimantan | Sulawesi | Maluku | Papua ].
Ruang lingkup pendugaan yang digunakan dalam EWS terkait harga adalah dihubungkan dengan :
1. KEPENTINGAN UNTUK MEMASTIKAN INFORMASI YANG DIINPUT OLEH PETUGAS SUDAH TEPAT DAN SESUAI DENGAN KETENTUAN TEKNIS
(SPESIFIKASI TIAP KOMODITAS).
a. Harga ayam hidup (live bird) di tingkat peternak adalah diinput oleh petugas berdasarkan rataan 3 (tiga) responden terpilih, merupakan harga ayam ras pedaging per kilogram berat hidup posisi di kandang peternak (tidak termasuk biaya logistik). Pada kenyataannya setiap daerah memiliki karakteristik berbeda perihal harga ayam hidup, ada yang dominan melaporkan harga per ekor dan ada yang sudah melaporkan harga per kilogram berat hidup. Sehingga tercatat tidak seragam dalam hal satuan dan sebagai akibatnya belum menggambarkan harga sesungguhnya sesuai dengan spesifikasi komoditas.
Pada harga ayam hidup tingkat peternak, variabel yang diinput petugas adalah terdapat pilihan menu : satuan harga per ekor, satuan harga per kilogram dan rara- rata berat ayam ras pedaging setiap ekor terpanen.
Ada beberapa daerah yang ditemukan harga daging ayam (karkas) berupa satuan ekor dengan berat karkas tertentu. Sehingga petugas diberikan pilihan menut input : harga satuan per ekor karkas, rata-rata berat karkas per ekor dan harga satuan per kilogram karkas. Adanya 3 variabel input, maka diberikan formula harga satuan kilogram karkas.
b. Harga telur ayam ras di tingkat peternak adalah diinput oleh petugas berdasarkan rataan 3 (tiga) responden terpilih, merupakan harga telur ayam ras satuan per kilogram posisi di kandang peternak (sudah termasuk peti/eggs tray tetapi tidak termasuk biaya logistik). Setiap 1 kilogram telur berisi 16-17 butir.
c. Harga sapi hidup tingkat peternak dengan satuan harga kilogram berat hidup, namun pengambilan respondennya adalah di RPH/TPH dengan faktor pengurang biaya distribusi dan margin pedagang. Spesifikasi adalah sapi siap untuk dipotong, bukan sapi untuk dipelihara pembesaran atau penggemukan.
Agar sesuai ketentuan, maka diberikan pilihan menu input : harga sapi hidup per ekor, rata-rata berat hidup sapi untuk dipotong dan harga per kilogram berat hidup.
2. HARGA TERTINGGI DAN TERENDAH
Perhitungan harga tertinggi dan harga terendah merupakan proses perhitungan MIN MAX dari data harga suatu kelompok data harga yang dipilih, agar dapat diketahui, diurut tertinggi/terendah harganya dari data record harga terpilih.
3. KEPENTINGAN MEMANTAU HARGA YANG DINILAI EKSTRIM (OUT LIER)
Harga ekstrim adalah tingkat harga yang nilainya berbeda jauh atau beda sama sekali dengan sebagian besar nilai lainnya dalam kelompoknya sehingga seringkali dianggap di luar kisaran “normal”. Pengertian “normal” terkait dengan persepsi dan ekspektasi pemangku kepentingan. Bagi peternak sebagai produsen, oleh karena ekspektasinya adalah harga yang lebih baik (lebih tinggi) maka yang dikhawatirkannya adalah penurunan harga yang mencapai tingkat harga ekstrim rendah.
Diperlukan penentuan ambang batas tingkat harga yang dipandang ekstrim. Oleh karena persepsi dan atau ekspektasi pemangku kepentingan beragam maka “ambang batas” yang dihasilkan sebaiknya terdapat beberapa angka/nilai. Beberapa alternatif ambang batas tersebut merupakan masukan utama untuk menentukan kesepakatan mengenai ambang batas yang akan ditetapkan. Penentuan ambang batas didasarkan atas perameter tertentu sehingga penentuannya terpola dan konsisten. Secara statistik, parameter yang sering digunakan adalah : median dan standard deviasi.
4. PROYEKSI HARGA.
Proyeksi harga dapat dilakukan dengan metode regresi, moving average, ataupun eksponential smoothing, ataupun ARMA (Auto Regressive Moving Average, atapun ARMAX (ARMA dengan Exogenous variable).
Metode regresi, moving average, ataupun exponential smoothing dapat dengan mudah dapat dieksekusi dengan EXCEL, tetapi untuk ARMA ataupun ARMAX sebaiknya memanfaatkan Eviews. Langkah-langkah prediksi dengan regresi menggunakan EXCEL:
(1) Tentukan dependent variable-nya (misalkan Harga Telur)
(2) Untukindependentvariable-nyamisalkanT(untukmenunjukkanseriesnya).Caranya:
buatlah angka series, dari 1 s/d n (1 adalah observasi pertama, n adalah observasi
terakhir).
(3) Jika akan memasukkan variabel “dummy” yang menunjukkan HBKN, isikan angka 1
pada observasi HBKN dan 0 pada observasi non HBKN.
(4) Regresikan dengan memanfaatkan “regression” pada menu “data analysis”
(5) Klik “Line Plots” agar diperoleh pula angka predicted-nya.
(6) Run.
(7) Membaca hasil: pada sheet lain (terbentuk dengan sendirinya dan biasanya terletak
di depannya) akan terdapat hasil estimasi. Akan terpampang koefisien parameter untuk intercept dan slope-nya. Koefisien parameter inilah yang akan digunakan untuk membuat prediksi ke depan dengan cara intercept + koef parameter dikalikan dengan independent variable-nya.